Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun, namun utang tersebut tidak dibayar oleh marga Saraan.
Suatu saat, marga Angkat mengadakan pesta besar yang harus menyembelih 7 ekor kerbau, tapi kerbau yang tersedia hanya 6 ekor.
Baca Juga:
Kisah Mencekam di Depan Polsek: Wanita Dikeroyok, Polisi Malah Merekam
Marga angkat menagih hutang 1 ekor kerbau kepada marga Saraan dan marga Saraan menganggap ini suatu penghinaan karena marga Saraan sudah menerima putri Nantampuk Mas apa adanya.
Anggapan marga Saraan, walaupun mereka berhutang kepada marga Angkat, namun tidak pantas untuk ditagih kembali.
Dengan terpaksa marga Saraan menyerahkan 1 kerbau yang diminta marga Angkat. Namun walau dengan susah payah kerbau tersebut ditarik ke lebbuh marga Angkat, kerbau tersebut tidak bergerak (melawan).
Baca Juga:
Swiss Melawan Jet Siluman, Ini Alasan Rakyat Menolak F-35 dari Amerika
Tiba-tiba alam bergemuruh, petir dan halilintar bersahutan, dan kerbau yang dibawa marga Saraan berubah menjadi batu dan sayup-sayup terdengar suara aneh.
"Hai cucuku, karena pertikaian ini maka kerbo ini kujadikan batu sebagai bukti perdamaian diantara kalian. Dibawah batu ini mengalir air jernih yang tak pernah kering walaupun musim kemarau. Kalau ada keturunan kalian yang sakit, minumkanlah air ini dan bersihkanlah diri dengan air ini supaya ada ketenangan dan kedamaian," kata suara itu.
Semenjak kejadian tersebut, dinamakanlah batu itu menjadi Batu Kerbo dan nama daerah itu menjadi Bantun Kerbo.