Selama berminggu-minggu putri Nantampuk Mas tinggal di rumah Saraan tetapi tidak pernah keluar dari kamar, sehingga pihak marga Saraan curiga terhadap keadaan putri Nantampuk Mas.
Akhirnya, pihak keluarga marga Saraan memeriksa keadaan putri Nantampuk Mas dan keluarga Saraam terkejut karena ternyata istri yang disayangi Saraan itu tidak bisa berjalan. Walau demikian, Saraan tetap sayang dan penuh kasih kepada putri Nantampuk Mas.
Baca Juga:
Kisah Mencekam di Depan Polsek: Wanita Dikeroyok, Polisi Malah Merekam
Berbeda dengan adik ipar dan mertuanya yang semula menyanyangi putri Nantampuk Mas, berubah menjadi benci, karena putri Nantampuk Mas hanya menjadi beban bagi keluarga Saraan.
Berbagai hinaan sering dilontarkan terhadap putri Nantampuk Mas, sehingga putri Nantampuk Mas tidak sanggup lagi untuk bertahan di rumah Saraan dan memilih untuk kembali ke rumah orang tuanya di lebbuh marga Angkat.
Dengan ditemani seekor anjing, putri Nantampuk Mas kembali ke lebbuh marga Angkat. Kejadian ini dianggap penghinaan oleh marga Angkat yang mengakibatkan marga Angkat mergraha (berperang) melawan marga Saraan.
Baca Juga:
Swiss Melawan Jet Siluman, Ini Alasan Rakyat Menolak F-35 dari Amerika
Namun setelah marga Saraan mendengarkan berita tersebut marga Saraan takut dan datang untuk minta maaf kepada marga Angkat.
Sebagai tanda perdamaian (maaf yang diberikan marga Angkat kepada marga Saraan) maka marga Saraan harus membayar 7 ekor kerbau kepada marga Angkat.
Tetapi, kerbau yang yang diberikan marga Saraan hanya 6 ekor, dan 1 ekor lagi sebagai utang dari marga Saraan.