Tingginya angka kematian ibu dan bayi disebabkan oleh berbagai faktor risiko yang terjadi, mulai dari fase sebelum hamil yaitu kondisi wanita usia subur yang anemia, kurang energi kalori, obesitas, mempunyai penyakit penyerta seperti tuberculosis dan lain-lain.
Pada saat hamil, ibu juga mengalami berbagai penyulit seperti hipertensi, perdarahan, anemia, diabetes, infeksi, penyakit jantung dan lain-lain.
Baca Juga:
Polsek Bagan Sinembah Gelar Kegiatan Launching Gugus Tugas Polri dan Ketapang.
“Tapi kita harus tertantang juga, karena negara tetangga kita Singapura itu sudah 7 per 100 ribu jiwa. Kita juga harus betul-betul punya rasa keprihatinan. Bisa dibayangkan ribuan, bisa 2.000-3.000 ibu melahirkan mati setiap tahunnya di Indonesia. Kematian ibu dan bayi sebagian besar adalah preventable atau kematian-kematian yang bisa dicegah,” jelasnya.
Tidak hanya pada kematian ibu dan bayi, Hasto juga mengingatkan terkait masalah stunting yang juga berpengaruh terhadap pembangunan SDM Indonesia yang unggul.
Ia menegaskan, kualitas generasi stunting tidak akan bisa bersaing dalam hal apapun karena memiliki banyak keterbatasan yakni tidak cerdas, tidak tinggi, dan tidak sehat.
Baca Juga:
Ribuan Masyarakat Teluk Mega dan Sedinginan Bersatu Pilih Asset.
Oleh karena itu BKKBN dengan era baru, cara baru, dan generasi baru, kata dia, terus melakukan sosialisasi demi menciptakan generasi emas bersama para remaja yang saat ini jumlahnya menjadi 64 juta jiwa.
Dengan begitu, para remaja yang nantinya akan memasuki fase hamil dan melahirkan untuk mengetahui sejak dini, bagaimana pencegahan kematian pada bayi yang dikandungnya. [gbe/qnt]