BerampuNews.id | Aktivis tuli, Surya Sahetapy angkat bicara soal program Indonesia Tuli yang diluncurkan oleh Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini dimana program tersebut bertujuan untuk mengetahui apa yang dibicarakan lawan bicaranya tanpa harus ada penerjemah bahasa isyarat.
Lewat akun Instagram pribadinya, Surya pun melayangkan kritik terhadap program tersebut yang telah diresmikan di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, pada Sabtu (8/1/2022).
Baca Juga:
Siap-Siap! Bansos PKH dan BPNT Triwulan II Cair Mulai Minggu Ketiga Mei
"Mengapresiasi program @kemensosri tentang Indonesia Mendengar tetapi bagi saya, sudut pandang mereka masih keliru jika saya melihat ini sebagai pengguna bahasa isyarat," kata Surya dalam caption.
"Dari situ, saya konfirm bahwa saya “BUKAN Tunarungu”. Karena saya merupakan pengguna bahasa isyarat (bahasa isyarat merupakan bahasa ibu, bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua) dan orang-orang tidak berhak mengatur kebutuhan komunikasi saya. Sebaiknya sebagai pemerintah, seharusnya memberikan banyak pilihan dan opsi tentang kebutuhan bukan membatasinya," jelas Surya.
Pasalnya, Risma memberikan sebuah telepon pintar sebagai alat komunikasi yang telah dilengkapi dengan aplikasi alih bahasa (suara ke teks). Menurut Risma, dengan menggunakan smartphone, mereka dapat membaca pesan sehingga para tuli bisa mengikuti meski tak bisa mendengar.
Baca Juga:
Soeharto dan Gus Dur Berpeluang Jadi Pahlawan Nasional, Ini Syarat Diusulkan Kemensos
Ketimbang memaksa mereka untuk memahami tanpa penerjemah bahasa isyarat, Surya menyarankan Risma untuk membuat bahasa isyarat lebih inklusif.
"Seperti kelas bahasa isyarat untuk keluarga atau tetangga yang ada anggota Tuli, memperjuangkan kelas bahasa isyarat di kurikulum nasional supaya diakses semua orang, pelatihan guru Tuli, pelatihan terapis untuk menguasai bahasa isyarat, terapi mendengar dan bicara untuk anak Tuli & Hard of Hearing, peningkatan teknologi untuk Tuli - HoH (VRS, ABD, takarir), dan masih banyak lagi ide dan program lain yang lebih manusiawi," ungkap Surya.
"Kan kita tinggal di zaman modern. Lebih baik tidak hanya menguatkan individu tetapi meningkatkan sistem sosial, teknologi dan pendidikan masyarakat seperti bagaimana bahasa isyarat bisa diakses orang dengar lebih mudah, lapor melalui smartphone jika dalam keadaan darurat dan sebagainya," imbuhnya.[zbr]